KEBOHONGAN "INJIL" MATIUS

Ada banyak distorsi yang telah dilakukan oleh pengarang "Injil" Matius (selanjutnya disebut Matius) khususnya yang berkaitan dengan gagasan pemenuhan nubuat akan datangnya sang Juru Selamat.

Ditemukan lebih dari 25 (dua puluh lima) distorsi yang berkaitan dengan hal tersebut.

Untuk memenuhi ramalan tersebut,pengarang injil Matius, yang telah menjadikan Septuaginta Perjanjian Lama berbahasa Yunani sebagai salah satu sumber inspirasi karangannya, berusaha meyakinkan pembaca dengan melakukan banyak distorsi dalam tulisannya, all:


DISTORSI Matius tentang keluar dari Mesir

Matius menyatakan bahwa kembalinya Yesus ke Palestina dari Mesir sebagai seorang anak kecil merupakan pemenuhan atas sebuah nubuat. Berikut ini tulisan Matius:

2:14 Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
2:15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."**

Keterangan Matius di atas didistorsi dari Kitab Hosea berikut ini:

11:1. Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku**itu.
11:2 Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung.
11:3 Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka.
11:4 Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan.
11:5 Mereka harus kembali ke tanah Mesir, dan Asyur akan menjadi raja mereka, sebab mereka menolak untuk bertobat.
11:10 Mereka akan mengikuti TUHAN, Ia akan mengaum seperti singa. Sungguh, Ia akan mengaum, maka anak-anak akan datang dengan gemetar dari barat,
11:11 seperti burung dengan gemetar datang dari Mesir, dan seperti merpati dari tanah Asyur, lalu Aku akan menempatkan mereka lagi di rumah-rumah mereka, demikianlah firman TUHAN.

Jelaslah dari kutipan Kitab Hosea di atas, bahwa ia sama sekali tidak berhubungan dengan nubuat akan datangnya seorang Juru Selamat. Kata "anak" di atas sangat jelas diidentifikasi sebagai "bangsa Israel", (bukan Yesus!)

ketika mereka dibimbing untuk keluar dari penjara di Mesir. Kutipan Hosea tersebut berbicara tentang praktik kebiasaan buruk lama dan pemberhalaan yang dilakukan Efraim, salah satu subsuku Israel, yang seringkali diidentifikasi dengan 10 suku dari Kerajaan Israel utara.

Lebih lanjut, kutipan Hosea di atas menyatakan pembuangan 10 suku utara ke Asyur pada saat jatuhnya Kerajaan Israel utara, dan kemudian menyimpulkan bahwa 10 suku utara itu pada suatu saat akan kembali ke Palestina, dan akan kembali menjadi "anak-anak" Allah. Sebuah nubuat yang tidak pernah terwujud!

Perlu digaris-bawahi di sini, bahwa tidak ada konfirmasi di seluruh Perjanjian Baru, kecuali karangan Matius, bahwa Yesus pernah berada di Mesir.

Tampaknya lebih mungkin bahwa Matius pertama-tama mengada-adakan nubuat akan datangnya seorang Juru Selamat dengan menjadikan kata-kata dari Hosea berada di luar konteksnya, kemudian mengada-adakan peristiwa tertentu dalam kehidupan Yesus untuk meneguhkan dan menggenapi nubuat yang diada-adakan itu.

Perhatikan juga perubahan inisial "a" (kecil) pada kata "anak" dalam Hosea, diubah oleh penerjemah Alkitab menjadi "A" (besar) pada kata "Anak" dalam Matius. Seperti sudah dapat ditebak, perubahan ini dimaksudkan untuk meneguhkan pemenuhan nubuat yang dikarang Matius agar seolah2 terpenuhi oleh Yesus.

Sekali lagi, kata "anak" dalam Hosea di atas tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yesus, tetapi ia merupakan metafora bagi "bangsa Israel".

Matius menyatakan bahwa Raja Herodes memerintahkan agar anak2 dalam kelompok usia 2 tahun ke bawah dibunuh di Bethlehem, dan Matius menyajikan tindakan ini sebagai sebuah pemenuhan atas nubuat. Berikut tulisan Matius:

2:16. Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
2:17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
2:18 "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi ."

Sekali lagi, Matius telah menjadikan pernyataan tersebut sama sekali berada di luar konteks yang sebenarnya. Pernyataan tersebut didistorsi dari Kitab Yeremia berikut ini:

31:15 Beginilah firman TUHAN: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anak nya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.
31:16 Beginilah firman TUHAN: Cegahlah suaramu dari menangis, dan matamu dari mencucurkan air mata, sebab untuk jerih payahmu ada ganjaran, demikianlah firman TUHAN; mereka akan kembali dari negeri musuh.
31:17 Masih ada harapan untuk hari depanmu, demikianlah firman TUHAN: anak-anak akan kembali ke daerah mereka.
31:18. Telah Kudengar sungguh-sungguh Efraim meratap: Engkau telah menghajar aku, dan aku telah menerima hajaran, seperti anak lembu yang tidak terlatih. Bawalah aku kembali, supaya aku berbalik, sebab Engkaulah TUHAN, Allahku.

Keterangan Yeremia secara khusus mengatakan bahwa "anak-anak" itu berada di "negeri musuh", yaitu Asyur, yang menjelaskan bahwa anak2 itu "tidak mati". Karenanya, keterangan Yeremia meramalkan, secara tidak tepat, bahwa anak2 itu akan kembali ke Palestina dari Asyur. Lebih jauh, adalah menarik dan meyakinkan untuk mencermati bahwa sementara Rama jauhnya sekitar 6 mil di utara Yerusalem, Bethlehem jaraknya sekitar 6 mil di selatan Yerusalem, yang selanjutnya membuktikan bahwa geografi itu pun tidak cocok dengan laporan Matius mengenai dugaan pembantaian yang terjadi atas anak-anak Bethlehem.

Singkatnya, Rama dan Bethlehem adalah 2 nama tempat yang sangat berbeda!

Jelasnya, Matius telah keliru merepresentasikan Yeremia, dan telah menjelaskan keterangan Yeremia di luar konteks yang sebenarnya. Lebih2, tidak ada keterangan lain di seluruh Perjanjian Baru atau dalam tulisan sekuler apa pun yang menyebutkan adanya pembantaian yang dilakukan Raja Herodes atas anak2 di Bethlehem!

Salah satu pemecahan untuk dilema ini adalah menegaskan bahwa Matius mengada2kan seluruh kisah mengenai pembantaian anak2 di Bethlehem. Dalam hal ini, motifnya, sekali lagi, adalah untuk menciptakan persamaan antara kehidupan Yesus dengan Musa.

Setelah kerasulan Yesus mengalami kemajuan, Matius melaporkan bahwa Yesus menunjukkan banyak mukjizat, termasuk menyembuhkan mereka yang kesurupan dengan pelbagai macam kondisi psikologis, juga mengusir setan. Bagi Matius, ini lagi-lagi merupakan pemenuhan nubuat. Berikut tulisan Matius:

8:17 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."

Di sini, Matius mendistorsi dari ayat2 Kitab Yesaya yang dikenal sebagai "pelayan yang menderita" berikut ini:

53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
53:4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.

Sebagaimana bisa di lihat, Matius secara agak akurat meriwayatkan ayat Yesaya, dan tidak ada pengambilan ayat yang jelas-jelas keluar dari konteksnya.

Singkatnya, satu-satu nya persoalan yang riil adalah apakah masing-masing pembaca percaya atau tidak percaya terhadap ayat Yesaya yang diterapkan untuk Yesus di atas.

Para sarjana alkitabiah telah lama memperdebatkan persoalan ini, dan sebagian besar percaya bahwa seluruh motif "pelayan yang menderita" Yesaya lebih baik diterapkan kepada bangsa Israel.

Lebih jauh, tidak ada hal yang yang cukup spesifik dalam Yesaya di atas yang bisa secara akurat diterapkan dalam diri Yesus. Hampir semua nabi Allah mengalami nasib serupa pada awal-awal misi kenabiannya. Bahkan, sebagian di antara mereka benar-benar dibunuh!!!


Kembali ke Kekacauan Alkitab
Kembali ke halaman depan